© 2007 Edwin Ngangi
Posted by Edwin Ngangi, ewiend_ngangi@yahoo.co.id
PEMBERONTAKAN PERMESTA
Oleh : Joseph Frans Natanael Ngangi
(CHEP)
Bagian 2
Setelah Presiden Soekarno mendapat laporan tentang sikon di
Minahasa yang sampe rumpu so permesta, beliau mengungkap kedongkolannya
dengan berkata Sudah lama Minahasa menjadi duri di mataku. Dan langsung memerintahkan ABRI
segera melakukan operasi penumpasan terhadap gerakan Permesta di Minahasa,
diawali dengan konsentrasi pasukan di
Pada akhir Februari 1958, pesawat AURI membom
instalasi militer di Manado dan Tondano,
serta melumpuhkan pertahanan udara Permesta di Mapanget, juga membom gedung RRI di Manado dan Rumah
Sakit Marien Heuvel (sekarang RS.
Gunung Maria) di Tomohon.
Dengan membelotnya para tokoh sipil dan militer Indonesia Timur,
hancurnya kubu PRRI di Sumatra oleh gempuran tentara pusat, terhentinya suplai
senjata dari Amerika, lumpuhnya pertahanan udara di Mapanget, minimnya
perlengkapan perang, dan belum siapnya
pasukan milisi, paling tidak dalam benak Ventje Sumual selaku Pemimpin
Tertinggi Permesta sudah terbayang resiko yang akan dihadapinya. Naluri sebagai
panglima dengan pengalaman sejak revolusi kemerdekaan serta ilmu intelijen dan
strategi militer yang diperolehnya di West
Point Academy di USA, beliau pasti sudah punya intuisi (gambaran ke depan)
akan nasib gerakan permesta yang dipimpinnya, tapi sudah kepalang tanggung
untuk stop atau balik kanan jalan.
Seorang penulis wanita Amerika,
Barbara Harvey dalam buku: Permesta Half
a-Rebellion yang oleh Grafiti Pers diterjemahkan Permesta: Pemberontakan
Setengah Hati mengurai secara terperinci sebab musabab kegagalan gerakan
Permesta. Namun Barbara lupa
mengulas ulah stenga hati dari sikap peda sanger [1] Uncle Sam. US yang awalnya menjanjikan suplai senjata ke
Permesta namun berbalik memasok senjata kepada TNI pusat. Sebab US takut hilang
muka pada Pemerintah RI akibat tertembaknya Allan Pope dari USAF (United States Airforce). Allan Pope
adalah salah seorang pilot yang disewa oleh Permesta. Akhirnya, Amerika menarik
pulang penerbang-penerbang serta teknisi Amerika dan Taiwan bersama dengan
pesawat-pesawat tempurnya dari Mapanget.
Pada mulanya Sumual mempersiapkan rencana offensif ke Ambon, Makasar, Kalimantan kemudian
Jakarta. Tetapi kemudian dia terburu-buru harus menyusun strategi pertahanan (defensif). Beliau mengajak dua rekan
seniornya Kol. Alex Kawilarang, atase militer di Washington dan Letkol. Joop
Warouw, atase militer di RRT. Kawilarang diangkat selaku Panglima Besar
Permesta, dan Warouw ditunjuk sebagai Wakil Perdana Menteri PRRI/Permesta.
Dalam sikon di atas, Permesta yang masih stenga manta (pada akhir Mei
1958), pasukan KKO (sekarang Marinir) sudah mendarat di Kema. Kemudian disusul
oleh satuan TNI lainnya. Mereka menerobos
Minawerot. Setiba di Sukur, gempuran tentara pusat ditahan pasukan
Permesta. Dari Aermadidi sebagian pasukan TNI pusat membelok ke kiri menembus
Sawangan Tanggari. Pasukan ini mendapat perlawanan sengit di Tondano, dikenal dengan front Koya. Dalam waktu yang hampir
bersamaan RPKAD mendarat di Wori. RPKAD langsung menyerbu dan menguasai Bandara
Mapanget. Mereka melepaskan tembakan ke arah steleng-steleng senjata
pom-pom dan senjata 12,7 milik permesta yang telah dibiarkan oleh
papo-papo. RPKAD menggerebek anak-anak
CTP yang terjebak dalam parit-parit pertahanan sekitar airport.
Pasukan Permesta telah sebulan lebih terus-menerus
bertempur tanpa istirahat. Pertempuran dimulai dari Suwaan, front Tuminting dan Kairagi. Pasukan
Permesta tanpa aflossing (penggantian
pasukan) dan tidak ada dropping
amunisi. Banyak jatuh korban dari pihak Permesta. Hal ini mengakibatkan moril
pasukan menurun, fisik lemah dan kelelahan. Pertahanan Permesta di Kairagi
dan Tuminting bobol. Pasukan TNI leluasa menyerbu Manado tanpa ada perlawanan berarti dari
Permesta. Tanpa perlawanan ini juga disebabkan Permesta ingin menghindari
jatuhnya korban sipil dan mencegah hancurnya kota.
Pertempuran paling sengit dan melelahkan berlangsung hampir
sebulan di cot Pineleng. Posisi
musuh berada di perbukitan belakang Seminari. Dimana posisi musuh ini langsung
berhadapan dengan kubuh Permesta. Kubuh Permesta berada di sepanjang jalan
menanjak dari pertigaan kilo 11 ke arah Warembungan. Banyak Tjaper jatuh korban.
Namun di pihak musuh korban lebih berlipat ganda. Sebenarnya kubu Permesta di front Pineleng yang dipertahankan oleh
Tjaper-Tjaper tak mungkin ditaklukan oleh TNI. Apalagi setelah Niki Nelwan cs.
dari CTP dengan bazooka-nya memporakporandakan bungker mitraleur musuh. Tapi dengan jatuhnya Tomohon, semangat para Tjaper
di front Pineleng ambruk. Tjaper seakan
mendapat tusukan dari belakang.
Untuk
memasuki Tomohon sebenarnya sangat sulit bagi TNI. Dari arah Manado sudah tertahan
di Front Kilo 11 Pineleng. Dari Tondano menghadapi
perlawanan tangguh dari Permesta di Koya. Tetapi, justru tentara musuh masuk
Tomohon melalui jalan pintas yang tak diduga. Dari persawahan Sasaran (sekarang
kompleks perumahan dan perkantoran Kabupaten Minahasa), tentara pusat naik
lereng Masarang melalui jalan setapak masuk Desa Rurukan. Dimana satuan Mobrig
(skrg Brimob) yang membelot jadi penunjuk jalan ke Tomohon.
Siang 16 Agustus 1958, tentara TNI tiba diperbukitan sisi timur Tomohon
(sekarang terminal bus). TNI dijemput oleh Piter Tumurang. Piter adalah seorang
avonturir yang diberi pangkat kapten
oleh Mayor Mongdong. Jatuhnya Tomohon, seharusnya merupakan pusat pertahanan
Permesta, dalam Perang Frontal
menjadi pemicu melajunya serbuan tentara TNI ke Minahasa bagian selatan.
Penyerangan serentak
dari beberapa jurusan oleh TNI Pusat membuat Pimpinan Permesta kewalahan. Dan karena koordinasi
yang kurang mantap maka perlawanan di medan tempur dilakukan dengan cara
masing-masing kesatuan. Kesatuan-kesatuan ini sebagian besar terdiri dari
milisi Tjaper yang tidak terlatih. Kelemahan Permesta yang sangat mencolok
adalah tidak adanya unit penggempur mobil berupa panser, tank dan senjata
berat. Ditambah dengan kondisi senjata organik pasukan yang 80% sudah
kadaluwarsa. Apalagi dibandingkan dengan senjata moderen dari pasukan TNI Pusat.
Situasi semakin
kacau. Dentuman dan ledakan bersahut-sahutan dari segala penjuru. Ini pertanda
musuh telah berhasil menyusup ke seluruh lini pertahanan Permesta. Lini
pertahanan mulai dari Kema sampai pegunungan Lembean, Kombi dan Langowan; dari Likupang sampai Tanawangko.
Apalagi disusul dengan pendaratan KKO di Amurang.
Demikianlah
sekelumit riwayat awal tentang Pemberontakan Permesta. Pemberontakan yang
secara fisik meletus tahun 1958 dan berakhir 1961. Berakhirnya pemberontakan
setelah seluruh pasukan Permesta terbujuk untuk menyerah. Sebagian besar
kesatuan Tjaper dikapalkan ke Pulau Jawa. Di Jawa, Tjaper diterlantarkan dalam
kamp-kamp rehabilitasi KODAM VII Brawijaya di Jawa Timur antara lain di Madiun, Magelang, Jombang dan
Desa Dinoyo.
lanjut ke
Bagian 3
kembali
ke Bagian 1
Uploaded on http://tumoutou.com/permesta by rudyct