The following narration was prepared by the late Joseph F N Ngangi
(nicknamed Chep), who actively participated in the past Permesta Rebelion. Chep
died on February 15, 2007.
© 2007 Edwin Ngangi
Posted by Edwin Ngangi, ewiend_ngangi@yahoo.co.id
H
O L E H J O S E P H F N N G A N G I
Tulisan ini belum selesai
.penulis masih mengingat-ingat apa yang lain yang
belum tertuang, terlewati, dan ter
ter... yang lain. Misalnya awal pertemuan
penulis dengan istri yang adalah seorang tawanan perang Permesta, yang harus
mendapat ACC dari penulis untuk vonis mati karena isu yang beredar bahwa
beberapa anak gadis di Desa Bahu Manado akan menikah dengan tentara
pusat
. ( Joseph FN Ngangi,
Ataukah beliau masih mencoba melupakan apa
yang sebenarnya sudah terlintas dalam ingatan? Terlalu pahit
..
Bagian 1
Prakata
Pertama-tama penulis bermaksud meluruskan pernyataan seorang Sukendar
melalui sebuah release dalam surat
kabar lokal terbitan 16 Desember 2004 yang mengatakan bahwa "Permesta
bukan pemberontak." Mungkin ada kepentingan tertentu sehingga arti
peristiwa historis gerakan Permesta hendak dibelokkan atau dikaburkan. Mengapa
harus takut atau malu bila disebut pemberontak. Yang perlu dihindari jangan
sampai terjadi penilaian atau penafsiran keliru oleh anak-cucu kita bila nanti
mempelajari sejarah perpolitikan di Indonesia, khususnya ttg pergolakan di
daerah-daerah, inclusive
pemberontakan Permesta.
Menurut pemahaman penulis bahwa setiap
gerakan perlawanan bersenjata yang dilakukan oleh sekelompok warga negara
dengan maksud merombak sistim pemerintahan, memaksakan kehendak ataupun tidak
patuh pada pimpinan tertinggi negara disebut pemberontak (rebel).
Sekedar penegasan, penulis menyentil kata-kata dari Komodor
Muharto, Ka.Staf AUREV (Angkatan Udara Revolusioner): Pemberontakan Permesta
bertujuan untuk menumbangkan pemerintahan rezim Soekarno yang telah dikuasai
komunis. Permesta tidak akan memisahkan diri dari Republik
Berbicara tentang Penyelesaian secara Damai awal 1961
patut dikenang akan jasa alm. Bpk. Pendeta A.Z.R.
Wenas, Ketua Sinode GMIM pertama yang dihormati oleh masyarakat Minahasa pada
umumnya. Beliau dari Tomohon dengan jalan kaki atau
menunggang kuda bendi menjelajah masuk keluar pedalaman, ke kantong-kantong
konsentrasi pasukan Permesta, menemui para pemimpin Permesta dalam upaya
menengahi kedua pihak anak bangsa yang saling berperang. Alhasilnya pertemuan Malenos tersebut, yang ditindaklanjuti pada
April 1961 dengan Upacara Defile tentara TNI KODAM XIII Merdeka dan Pasukan Permesta,
di perbatasan Tomohon Woloan (perkebunan Susupuan) dengan Inspektur Upacara
Mayjen. Kawilarang dari Pihak Permesta dan Mayjen.
Hidayat dari MBAD.
Sudah ada beberapa penulisan tentang Permesta antara lain Permesta Half a-Rebellion oleh seorang
penulis wanita Amerika: Barbara Harvey, dan dari Dolf Runturambi mantan
petinggi Permesta dengan judul buku Permesta:
Kandasnya sebuah cita-cita Namun karena belum ada penulisan versi Tjaper,
selaku komponen-meta lapisan terbawah, saya berupaya untuk menyusun tulisan
ini dengan harapan teman-teman ex-pejuang
Permesta termotivasi pula untuk menulis tentang pengalamannya.
Tulisan ini terdiri dari 3 bagian
dengan judul pertama Pemberontakan Permesta, bagian kedua dengan judul
Tjaper Patriot Permesta dan yang ketiga Tjaper
as Guerila Fighter. Isi orsinil tulisan ini berdasarkan catatan serta
memori pengalaman dari penulis sendiri dan bukan merupakan cuplikan ataupun
kutipan dari narasumber yg lain, oleh karena itu ceritanya lebih terfokus pada
peristiwa yang pernah terjadi sekitar Manado, Tomohon dan Sub-Wehrkreise Lokon, dimana penulis terlibat sbg salah satu
pelaku.
Mengenai penjelasan istilah dan asal-usul nama lokasi dalam
tulisan ini diutamakan untuk forum pembaca yang pada waktu pergolakan Permesta
masih berusia SD sampai pada generasi berumur di atas 60 tahun saat ini.
Saya sangat menyadari tulisan ini masih jauh dari yang diharapkan dan cara
pembawaannya mungkin kurang menarik karena penggunaan bahasa kampungan yang
menggelitik dan membosankan. Selanjutnya mohon dimaafkan
sekiranya ada penuturan kata atau ulasan pendapat yang dapat menimbulkan
ketersinggungan, sekali lagi minta maaf karena tidak ada maksud negatif sekecil
apapun dari Penulis.
Tomohon, 2 Maret 2005
CHEP F.N.
I. PEMBERONTAKAN PERMESTA
Perjuangan
Semesta Alam yang kemudian disebut PERMESTA telah diproklamirkan pada tanggal 2 Maret
1957 oleh Letkol. Ventje Sumual selaku Panglima TT VII
(Tentara dan Teritorium VII) Wirabuana, meliputi wilayah militer Indonesia
Timur yaitu
Program
Permesta tersebut tertuang dalam Piagam Perjuangan Semesta, ditandatangani oleh
Sumual sebagai pencetus dan oleh tokoh-tokoh sipil dan militer dari seluruh
wilayah
Tanpa
menunggu jawaban dari Pemerintah Pusat, Permesta memulai dengan kegiatan antara
lain: ekspor kopra, pembangunan
pelabuhan samudera Bitung, peningkatan lapangan udara Mapanget (sekarang
Bandara Sam Ratulangi), perbaikan Pelabuhan Manado dengan memindahkan muara
sungai (sekarang Kuala Jengki), pembuatan jalan bypass Manado Bitung, pelebaran jalan Manado Tomohon dan
lain-lain.
Konon
ceritanya, selang beberapa hari setelah proklamasi Permesta, Sumual dipanggil
ke istana negara untuk berunding, namun setelah Presiden Soekarno menyatakan penolakan terhadap tuntutan
Permesta tersebut, kelompok Sumual akan ditahan, berkat informasi dan bantuan
teman-teman kalangan petinggi TNI, Sumual cs. lolos dari jebakan Soekarno dan berhasil pulang ke
Manado.
Entoch
pada bulan Agustus 1957 Presiden Soekarno masih berkunjung ke daerah ini, dan di hadapan ribuan massa dari seluruh
Minahasa yang berkumpul di halaman depan
Gereja Sion Tomohon (sekarang RS.
Bethesda), dengan penampilannya yang khas Bung Karno: seragam putih-putih, peci
hitam, dasi hitam, dan cepatu putih, si penyambung lidah rakyat mengawali pidatonya dengan penuh wibawa Kepada
Saudara-Saudara, saya perintahken supaya semua kain spanddoek dan bendera digulung agar kita dapet saling bertatap
muka
dan supaya semua diaam
. yang serentak dipatuhi oleh semua yang
hadir, keadaan yang tadinya hiruk pikuk dengan simpang siurnya lambaian bendera
merah putih, lambang-lambang ormas dan spandoek dalam sekejap diturunkan dan
semua terpaku diam.
Masih
dalam lanjutan pidatonya untuk menyadarkan rakyat Minahasa akan
keadaan yang tidak menentu, beliau dengan kebesaran jiwa seorang pemimpin
bangsa berkata ..kepada kamu rakyatku,
ingin kutanyaken...dimana ibukota Republik
Mungkin
pada saat berpidato Bung Karno sempat memperhatikan bahwa yang hadir sebagian besar terdiri dari
generasi muda, dan sebagai orator yang tersohor sampai ke mimbar PBB di
Maksud
kunjungan Presiden Soekarno untuk meredakan suasana politik ternyata gagal
bahkan reaksi keras dari Ventje Sumual, sebagai pemimpin tertinggi Permesta,
menantang Soekarno dengan menyatakan: Permesta putus hubungan dengan pemerintah
Republik Indonesia, dan Sulawesi Utara dalam keadaan darurat perang (S.O.B).
Selanjutnya
Sumual menyatakan Permesta bergabung dengan PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik
Dari
markas Komando Staf TT VII Wirabuana di kompleks Termomandi (sekarang
Indraloka) Kinilow, Ventje Sumual mengajak rakyat Minahasa bersiap membela Permesta, yang mendapat
respons sehingga relawan terdaftar mencapai kurang lebih 30.000, terdiri dari
ex-TNI, Veteran, ex-KNIL (Koninkelijke Nedelandse Inlandse leger)
yaitu bekas soldado kerajaan Belanda dan kelompok milisi terbesar dari kalangan
pemuda dan pelajar yang kemudian dinamakan TJAPER (Tjalon Pradjurit Permesta). Untuk kaum perempuan dibentuk Pasukan Wanita Permesta (PWP),
veteran dan pensiunan KNIL (dipanggil Papo) direkrut dalam kesatuan senjata
berat (AA).
Sepak terjang Sumual membawa risiko yang harus dibayar mahal dengan
hengkangnya tokoh-tokoh sipil dan militer dari seluruh Indonesia Timur yang
semula mendukung dan turut menandatangani Piagam Perjuangan Semesta tersebut.
Kemudian Sumual menarik seluruh kesatuan TNI yang masih setia dari Sulawesi Tengah dan sebagian
pasukan pimpinan Mayor De Gerungan menuju
Sulawesi Selatan dan bergabung dengan DI/TII (Darul Islam/ Tentara Islam
Setelah Presiden Soekarno mendapat laporan tentang sikon di Minahasa yang sampe rumpu so
permesta, beliau mengungkap kedongkolannya dengan berkata Sudah lama
Minahasa menjadi duri di mataku. Dan langsung memerintahkan ABRI
segera melakukan operasi penumpasan terhadap gerakan Permesta di Minahasa, diawali
dengan konsentrasi pasukan
di
Uploaded on http://tumoutou.com/permesta by rudyct